Sebelum Islam datang ke negeri Arab, orang Arab sudah mempercayai akan keesaan Allah sebagai Tuhan. Kepercayaan ini diwariskan Nabi Ibrahim as. dan Ismail as. Agama tersebut dalam al-Qur’an disebut agama ḥanif, yaitu kepercayaan yang menyakini keesaan Allah Swt. yang menciptakan alam semesta alam ini.
Berkaitan dengan ini ayat al-Qur’an menyebutkan bahwa sebenarnya mereka masih mempercayai keesaan Allah Swt. sebagai pencipta pengatur dan pemelihara alam semesta. Jika ditanyakan kepada orang Arab, mengapa menyembah patung dan berhala? Mereka menjawab "semua itu dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah Swt. sang pencipta."
Tetapi pada saat itu orang-orang Arab mencampurnya dengan agama-agama lain, seperti kepercayaan menyembah roh, jin, pohon dan matahari. Menurut pandangannya benda tersebut mempunyai kekuatan yang dapat menjadikan makmur dan sejahtera. Agama yang menyimpang tersebut dinamakan agama Watsaniyah. Meskipun demikian, ada juga orang Arab yang tidak mudah terpengaruh oleh Agama Watsaniyah. Mereka adalah orang-orang yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Pada dasarnya orang Arab tidak meninggalkan Agama Hanif sepenuhnya hanya saja dicampur dengan Agama Watsaniyah. Misalnya, pada masa Jahiliah orang Arab masih memulyakan Ka’bah, tetapi mereka mencampurnya dengan mengelilingi Ka’bah tanpa busana, dan masih banyak lagi pujaan yang lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw., bangsa Arab telah menganut agama monotoisme. Agama tersebut diwarisi turun temurun sejak Nabi Ibrahim as dan Ismail as. Agama ini dalam Al-Qur’an disebut ḥanif. Kepercayaan akan keesaan Allah Swt. tetap diyakini oleh bangsa Arab sampai kerasulan Muhammad Saw., hanya saja sudah dicampuradukkan dengan tahayul dan kemusyrikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsa Arab pra Islam tidak seburuk yang dibayangkan dan tidak semuanya berperilaku biadab dan bodoh. Hal tersebut dikarenakan bangsa Arab telah menjalin hubungan yang sangat baik dengan bangsa lain seperti bangsa Romawi. Di samping itu, pada saat itu juga bangsa Arab telah mempunyai badan-badan yang mengurusi berbagai hal dalam suatu kabilah atau masyarakat, hanya saja belum bisa mempergunakannya dengan baik.
Pada abad ke-6 Masehi, bangsa Arab pada umumnya belum bisa membaca dan menulis, serta mengandalkan hafalan dalam mengingat peristiwa yang penting. Sehingga banyak peristiwa tidak dapat ditulis oleh sejarah. Oleh karena itu mereka disebut Arab Jahiliyah.
Arab Jahiliyah ini bukan hanya karena buta aksara, akan tetapi lebih dari itu adalah bangsa yang tidak mempunyai peradaban, tidak mengenal aturan (norma). Meskipun demikian, masyarakat pra Islam juga memiliki beberapa sifat yang baik, terutama bangsa Arab sebelah utara keturunan Adnan. Mereka berwatak pemurah, ramah, jarang melanggar amanat, dan sangat taat pada kepercayaannya, ingatannya tajam sehingga dengan mudah mereka mengingat syair-syair yang indah. Dengan realitas seperti inilah sehingga pada masa Rasulullah Saw., mampu menumbuhsuburkan ilmu periwayatan hadis yang merupakan bagian signifikan bagi khazanah hukum dan keilmuan Islam.
ConversionConversion EmoticonEmoticon